Ketika kita berkata bahwa kita mencintai Tuhan, sanggupkah kita ketika cinta kita dibalas Tuhan ?
Cara Tuhan mencintai hamba-Nya tidak bisa kita sandingkan dengan cara ibu mencintai kita. Jika seorang ibu mencintai anaknya, terbatas pada memberikan perlindungan penuh sehingga kita merasa aman dan tentram. Seorang ibu sulit untuk menyakiti anaknya, karena secara naluri ia mempunyai tali kasih yang sangat erat.
Tapi Tuhan jauh berbeda. Ia mencintai kita melalui sudut pandang tak terbatas. Kasih sayang hanya satu sudut saja.
Tuhan Maha Tahu bahwa dalam setiap langkah hamba-Nya, selalu ada dosa yang mengiringinya. Bisa dibayangkan, jika dosa itu berwujud seperti karat, maka kita tidak akan mampu bergerak bahkan bernapas.
Miliaran dosa kita sepanjang hiduo, dan miliaran pula Tuhan mengampuni-Nya.
Tuhan ingin kita masuk ke surga-Nya. Karena surga yang suci hanya untuk mereka yang sudah disucikan. Maka dibersihkan-Nya lah kita dari setiap kotoran2 yg menumpuk di tubuh kita. Proses pembersihannya tentu sakit, ibarat tubuh ini dibersihkan dari karat tebal dengan sikat besi.
Tidak ada manusia yang tidak berteriak pada situasi pembersihan jiwa ini. Yang beriman, tentu berteriak pada setiap ibadahnya dengan airmata yang bercucuran deras. Yang tidak, cenderung mengumpat, mengeluh, putus asa, dada sesak dan semua hal yang malah menembah bebannya sendiri.
Rasa nyaman dalam hidup seharusnya menjadikan kita waspada. Jika seperti itu cara membersihkan dosa2, apakah semua kenyamanan yang kita terima sekarang ini bisa berarti Tuhan tidak sayang kepada kita ? Atau malah diitangguhkan, sehingga di alam kematian dosa kita yg tidak dibersihkan di dunia akan dibersihkan dgn lebih perih ?
Tuhan berfirman dalam sebuah hadis Qudsi: “Wahai hamba-Ku sayang! Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, sesungguhnya Aku menginginkan kebaikan bagi setiap yang Aku sayangi. Tidak akan Aku matikan ia sebelum Aku mengampuni dosa-dosanya dengan penyakit, kesusahan, kerugian, atau kehilangan anggota keluarga. Dan jika masih ada dosanya yang tersisa, Aku akan beratkan sakratul mautnya. Hal ini Aku lakukan agar ia menjumpai-Ku dalam keadaan suci seperti bayi”. (Jami’us Sa’adat)
Ibarat secangkir kopi, kasih sayang dan keadilan Tuhan adalah air, yang mencampurkan pahit dan manis dan menjadikannya seimbang.
Kawanku sayang, kesulitan itu sejatinya kenikmatan, bagi mereka yang memahami-nya.
Taubat itu tidak mudah. Siapa bilang mudah ? http://dennysiregar.com/2015/11/07/no-pain-no-gain/
Bukan kemudian hari ini berteriak dan menangis keras, “aku taubat Tuhan…” dan sekonyong2 dosa yang dillakukan semua hilang. Tuhan itu Maha penyayang itu betul, karena itu siapapun yang bertaubat sebesar apapun dosanya pasti akan diterima. Tapi juga jangan dilupakan bahwa Tuhan Maha adil, setiap mili dosa yang diperbuat ada hitungannya.
Proses diterimanya taubat sifatnya langsung, tapi proses menghilangkan dosa yg pernah dilakukan sifatnya bertahap.
Ada banyak model proses pencucian dosa bagi manusia di dunia yang bertaubat. Mulai dari sakit, kesedihan, kehilangan, kesulitan mencari pendapatan dan ribuan model lainnya. Dosa itu seperti karat, yang harus dikerik sesenti demi sesenti supaya bersih kembali.
Selain itu, ada juga model untuk menebus dosa2 yang kita lakukan, semisal membantu org yg sangat membutuhkan, memellihara anak yatim, silaturahmi, mendoakan orangtua dan lain2.
Semua ujian dalam proses menghilangkan karat dosa itu sama sekali bukan karena Tuhan itu kejam, tetapi itu bukti bahwa Tuhan itu Maha Penyayang. Jauh lebih baik dosa di bayar di dunia, sakitnya tidak seberapa. Saya justru tidak bisa membayangkan ketika proses itu dilakukan di akhirat, alat hukumnya sudah pasti berbeda dan yang pasti jauh lebih menyakitkan dan mengerikan.
Untuk apa semua itu ? Apakah untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu Maha Kuasa ? Sama sekali bukan, Tuhan tidak butuh menunjukkan kekuasaan-Nya kepada kita, kita-lah yg membutuhkan kuasa-Nya. Kuasa Tuhan sudah ditunjukkan-Nya melalui terciptanya alam semesta, untuk apa perlu membuktikan kepada manusia ? Proses pencucian dosa itu justru buat manusia sendiri.
Ah, mudahnya begini saja. Mesin kalau berkarat tentu tidak bisa jalan dengan baik kan ? Bahkan suaranya gak enak dan kasar. Nah, mesin yg dibersihkan akan kembali berjalan dengan normal dan greng. Suaranya pun lembut kembali.
Begitu juga jiwa manusia. Ketika karat2 dosa dibersihkan, jiwa kembali akan bersih. Ketika jiwa bersih, maka yang ada adalah perasaan tenang dan stabil. Lebih mudah menerima petunjuk-Nya karena akal sudah tidak lagi diselimuti kabut tebal. Ketika jiwa stabil, maka kita akan menjadi manusia yang berfungsi di dunia kepada manusia lainnya. Toh, memang itu tugas kita di dunia, apalagi ?
Bagaimana kalau taubatnya terlambat karena sudah mau meninggal sebab sakit sangat parah ?
Sakit parahnya itu sendiri sudah bagian dari pencucian dosa. Ketika manusia keburu meninggal sebelum selesai dibersihkan, maka ada tempat pencucian kedua, yaitu alam barzakh atau alam kubur. Disini prosesnya mirip dengan yang dikabarkan dalam siksaan di neraka. Hanya alam barzakh ini tidak abadi, karena ini tempat pemberhentian sementara sebelum hari pengadilan. Kalau sampai hari pengadilan belum bersih juga, disinilah berlaku syafaat atau istilahnya remisi yang diberikan para utusan-Nya di dunia.
Nah, memahami ini bukan karena saya sudah pernah kesana, tetapi melalui petunjuk2 yang diberikan Nabi dan para Imam. Merekalah yg paham apa yang akan terjadi di awal dan akhir, karena ruh mereka suci. Mereka pemegang skenario dari semua rencana Tuhan.
Penting sekali mengetahui ini, supaya ketika kita di uji dengan dibersihkannya dosa2, kita bukannya malah menjadi pengeluh apalagi putus asa. Seharusya malah berterima-kasih, bersyukur sudah dikurangi di dunia. Di sayang kok malah mengeluh, bah macem mana pulak ?
Karena tu beragama janga cuman sibuk melihat orang lain, tapi yang penting sibuk mencari rahasia2 hidup dan rahasia mati. Supaya kita jangan sudah hidup bodoh, mati lebih bodoh lagi.